Skip to main content

Posts

Drama dalam Kepala Buibu

Assalamualaikum, rumahku... Apa kabar? masih dengan status "hidup ndak, mati ogah" yah, rumah? heheh iyya... i need you but always forget you yah. Sini peluk rumahku diriku bukuku! Eniwei, alhamdulillah, syukur yang dalam nan tulus karena Allah masih berikan kita kesempatan hidup sehat dalam keadaan masih muslim untuk ketemu Ramadhan ini; bulan penuh cinta paling hidup. Dear, rumahku. Temani saya ngobrol bout two choices yang lagi riuh pisah di kepalaku sendiri yah, here we go bismillah. Em, diskusi bout being a full mom at home atau being a working mom adalah topik yang menurutku ndak pernah etis  buat didebatkan mana yang paling mengambil peran termulia sebagai ibu dan mana yang 'ibu setengah mulia karena kerja di luar rumah' atau malah menjadi 'ibu kolot tidak terpelajar karena di rumah saja ngurus urusan dapur kasur', semua tergantung niat, kualitas diri dan keridhaan anak suami menurutku. Lets see the world, ada banyak ibu full time di
Recent posts

First Pregnancy After More Than 7 Years: Sehari Setelah Mencecar Allah

Assalamualaikum, rumahku yang berdebu Hikmah pulang 😊 Apa kabarmu, rumah abu-abuku? Di sana sini menempel debu, sarang laba-laba penuh mengelabu, dinding-dinding bisu dan tak ada anak-anak baru di sini, kamu sehat? Maafkan Hikmah yang baru pulang. Sok sibuk dan menolak mengingatmu berkali-kali.   Tapi hari ini saya pulang dan mari kita saling menyapa tanpa canggung yah 😁 Here we go… “Ciee ummi tawwa maumi punya anak kedua. Deh lamanyami ummi baru ada adeknya.” “Iyye, kan tunggu Oofa bisa menyapu sendiri dulu, tunggu Oofa besar dulu supaya nanti bisa jadi guru dan teladannya adek.” Itu adalah secuil obrolan saya dengan Oofa setelah memberi tahu di Selasa shubuh (02/04) bahwa umminya hamil. Dia happy sekali akan punya adek dari ummi, meskipun tentu tetap bingung karena umminya baru hamil setelah sekian lama. Iya, perjalanan menuju delapan tahun pernikahan memang bukan waktu yang sedikit dalam menunggu kesempatan hamil meski juga bukan waktu yang terlal

Kepada Lelaki 26 Tahunku

Album dan blog, saya akan selalu kembali pulang kepada mereka. : mengulang kenangan, menyapa rasa-rasa yang lalu. Maka semisal suratmu untuk duadua usiaku, tulisan ini juga akan tinggal di sini. Sebab kutahu, kau juga selalu pulang ke sini. Menyapa anak-anakku. ----- Assalamualaikum, Lelaki dua enamku! apa yang harus kubilang, Cinta? menuliskan ini, saya sedang menimbang-nimbang kalimat apa yang paling tepat untuk membahasakan betapa sabar tualangmu hingga hari ini dan betapa kusyukuri kehidupanmu. Zaman santri, ketika kawan-kawan mulai pandai berkikik ria membayangkan lelaki pujaannya, saya cukup dengan bahasa; lelakiku nanti penghafal qur'an, cerdas, humoris dan suka berpakaian kokoh putih celana hitam. Dan entah, saya lupa kapan pertama kali menemukan kriteria itu terkumpul utuh di dirimu.  Allah baik sekali. Tulisan ini tidak akan semanis yang kau bayangkan, Kak. Saya hanya sedang ingin merayakan kesyukuranku memilikimu dari umur sembilas tahun, masi

Tahfidz Putra Darul Istiqamah Dan Surga Sebelum Surga

Air berkecipak Saling beradu pelan, syahdu dari gerakan-gerakan suara yang kutahu lebih baik dari kecipak air mandiku. Dalam gelap paling mustajab kakikaki itu pergi ke rumah tuhan. Masih dalam separuh buaian mimpi aku tahu, tuhanku juga memanggil lalu aku; dengan mata tertutup menakarnakar rindu padaNya, menghitunghitung kekuatan melawan syaithan. ______________ Sudah pukul empat pagi ketika saya mulai menulis ini, dan dari masjid masih terdengar suara imam memimpin shalat tahajjud. Tartil, merdu, indah. Percayalah, menuliskan ini butuh banyak kekuatan. Ini pertama kalinya mengenalkan kehidupan baruku kepada rumah abu-abu ini. Dan  sepotong cerita pagi tentang Tahfidz Putra Darul Istiqamah,  its more than wonderful masyaallah. Masih pukul tiga-an, ketika qadarullah saya terbangun karena sebuah mimpi. Dalam proses memperbaiki posisi tidur kembali, di waktu ketika bahkan kokok ayam belum satu pun terdengar, saya mengenal baik suarasuara air  dan langkah kaki santri-santri y

Tubuhku Adalah Makam

Demi satu September yang sudah habis ditelan waktu, tubuhku menjelma menjadi makam. Yang menyimpan cerita-cerita paling dusta. Memulangkan mimpi-mimpi yang dibuat dan diingkari sendiri. Oleh aku. Merangkai huruf-huruf di dinding-dinding hijau pupus kamarku, lalu mengaborsinya sebelum menjadi katakata yang utuh. Menguburnya sebagai khayalan sahaja. Tubuhku adalah makam. Dari kepingan-kepingan mimpi yang lebih jauh dari batas langit dan lautan. Berteriak kupeluk, meronta ingin menjadi kata lalu kalimat dan menetap di rumah abu-abu ini. Tapi gaung sekadar gaung, aku renta dengan segala hal paling sia. Mengizinkan diri menjadi paling kerdil Tubuhku adalah makam tapi kenapa kudengar degupku sendiri? kata-kata lalu penuh di sisi-sisi menjadi yang paling sahaja nan riang Seketika! setelah kupaksa jemari mengetuk pintu pada rumah paling abu-abu ini. : Dan aku pulang di malam ini. Demi satu September di bilangan dua September. Dalam malam yang paling hening Aku pulang. ___

How Wonderful My Allah

MauNya, takdir yang Dia titahkan untuk kita. Yang tergantung di langit-langit semesta Kau pernah bisa menebak? ______ Tulisan ini, i just suddenly need to write to (hope) heal me. Karena saya tahu, menemukan diriku yang menangis karena hal ini, its not me anymore. It just i was. some minutes later I'm okay. Hikmah is okay right now. Nangis karena ingat belum punya anak, wondering gimana Allah mencatat takdirku sebagai perempuan yang belum hamil-hamil... Thankful to Allah karena menciptakan saya sebagai pelupa akut jadi hal itu cuman bisa terjadi sekali setahun saja. Like this morning. I'm okay. Hikmah is okay right now. __________ Selasa, 14 Agustus 2018 || 17.31

Bukan Neng Thayyibah

Suatu waktu, saat akhirnya kau menoleh setelah lama berjalan pergi Bilang bahwa semua langkah adalah demi  diri yang baru Bilang bahwa semua kesibukan tidak menyisakan waktu untukmu berbalik pulang Bilang bahwa yang kau butuhkan adalah hanya terus berjalan ke depan Kau baru tersadar setelah begitu banyak hal yang terjadi tapi sebagian dirimu adalah hampa. Tergugu setelah begitu banyak hal yang terjadi tapi lupa pada cintamu satu-satunya. : hurufhuruf ________ Dubdubdub. Setelah lama pergi, memulai untuk membuka rumah ini saja rasanya aneh. Seperti renjana yang panjang tapi bingung mau bagaimana. Huruf-huruf, menulis, membaca buku fisik_ bukan di layar hp. Saya lupa kapan terakhir kali menjadikan mereka kecintaan yang kupupuk sedemikian rupa. And here I am now. Setelah tebalkan muka, malu pada semua cerita di sini, menyapa rumah abuabuku dengan sayang dan maaf, daaaan bismillah i'm starting it. Cause i dont wanna be Neng  Thayyibah yang gak pulaang p ulang demi sebongka